Jangkauan info – Di tengah gejolak pasar global, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus menunjukkan pelemahan yang signifikan, bertengger stabil di kisaran Rp16.400-an. Hal ini menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan pengusaha Indonesia, terutama yang bergantung pada kestabilan mata uang untuk menjaga daya saing dan produktivitas industri.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta W. Kamdani, menyoroti dampak negatif dari depresiasi rupiah terhadap sektor industri.[1] “Depresiasi rupiah tidak hanya meningkatkan beban produksi, tetapi juga mengancam eksistensi perusahaan yang sudah rentan atau memiliki pangsa pasar yang lemah,” ujar Shinta dalam wawancara eksklusif dengan Tribunnews pada Selasa (18/6/2024).
“Baca juga: Takers Film 2010 Yang Wajib Di Tonton Kembali“ [2]
Perusahaan-perusahaan dengan keterbatasan finansial atau yang sangat terpapar pasar yang volatil berisiko mengalami penurunan signifikan dalam kapasitas produksi mereka. Bahkan hingga penutupan usaha atau pengurangan besar-besaran tenaga kerja.[5] Meskipun demikian, Shinta menekankan bahwa skenario pemutusan hubungan kerja (PHK) massal tidak diharapkan dalam waktu dekat. Namun kemungkinan adanya PHK bertahap sebagai respons terhadap kinerja bisnis yang tergerus oleh pelemahan nilai tukar.
Industri padat karya yang mengandalkan ekspor diprediksi menjadi yang paling rentan terhadap PHK. “Mereka tidak hanya dihadapkan pada pertumbuhan ekonomi global yang melambat. Tetapi juga harus mengatasi beban biaya operasional yang terus meningkat,” tambahnya. Upah, suku bunga, dan biaya operasional lainnya semakin menjadi beban yang berat dengan terus berlanjutnya depresiasi rupiah, mengurangi daya saing produk mereka di pasar internasional.[1]
Sementara itu, industri manufaktur yang mengimpor bahan baku dengan proporsi tinggi seperti makanan dan minuman, otomotif, dan elektronik, juga akan merasakan dampak negatif terhadap produktivitas mereka.[3] Meskipun lebih sedikit terpapar risiko PHK dibandingkan dengan sektor ekspor. Industri-industri ini juga akan mengalami tekanan dalam mempertahankan tenaga kerja mereka jika inflasi meningkat akibat depresiasi rupiah.
“Simak juga: PKS Menerima Tawaran Cawagub DKI“ [4]
Dengan kondisi mata uang yang terus tidak stabil, ada kekhawatiran bahwa inflasi akan meningkat. Mempengaruhi daya beli masyarakat dan mengurangi potensi pasar domestik bagi industri manufaktur nasional. “Kami harus mengambil langkah-langkah strategis untuk memitigasi dampak dari fluktuasi nilai tukar ini,” tegas Shinta.
Sebelumnya, data dari Bloomberg mencatat penutupan nilai tukar rupiah mencapai Rp16.412 per dolar AS, sementara Google Finance mencatat dolar AS pada pagi hari ini berada di kisaran Rp16.432, turun 0,33 persen dari sebelumnya. Meskipun demikian, lonjakan yang mendekati level Rp16.500 per dolar AS menunjukkan adanya ketidakpastian yang perlu diwaspadai dalam beberapa waktu ke depan.
[1] https://m.tribunnews.com/bisnis/2024/06/18/nilai-tukar-rupiah-makin-melemah-pengusaha-ancang-ancang-lakukan-phk
[2] https://infoinspiratif.com/uncategorized/bioskop-trans-tv-kembali-menghadirka/
[3] https://jateng.solopos.com/pengusaha-jateng-bakal-rumahkan-karyawan-bila-kurs-rupiah-terus-menurun-1910384
[4] https://langgananinfo.com/umum/pks-menerima-tawaran-untuk/
[5] https://m.kumparan.com/amp/kumparanbisnis/pengusaha-akui-rupiah-anjlok-rp-16-412-per-usd-bisa-bikin-cari-kerja-makin-sulit-22xCJr1keF6