jangkauaninfo.com – Samsung dikabarkan tengah mempertimbangkan langkah besar untuk menggabungkan dua divisi penting dalam bisnis semikonduktornya: LSI (desain chip) dan Foundry (manufaktur chip). Langkah ini disebut sebagai strategi untuk menghadapi masalah rendahnya yield rate atau tingkat keberhasilan produksi chip, yang berdampak langsung pada performa dan pasokan chipset buatan Samsung.
Sumber dari Korea Selatan menyebutkan bahwa ide penggabungan ini muncul dalam diskusi internal perusahaan dan telah menjadi perhatian serius dalam beberapa bulan terakhir.
“Baca Juga: Huawei Siap Tantang Nvidia di Pasar Chip AI Global”
Yield Rendah Jadi Pemicu Restrukturisasi Bisnis Chip
Masalah yield rate menjadi pemicu utama dari rencana merger ini. Rendahnya tingkat produksi chip berkualitas membuat Samsung kesulitan bersaing dengan TSMC dan Intel di sektor foundry global.
Contohnya, pada seri Galaxy S25, Samsung memilih menggunakan Snapdragon 8 Gen 4 (Elite) secara penuh, alih-alih Exynos, karena produksi Exynos dinilai belum stabil. Meski begitu, kabar terbaru menyebutkan bahwa Exynos kemungkinan akan kembali digunakan pada Galaxy S26, dengan catatan hasil pengujian internal menunjukkan peningkatan signifikan. Asalkan masalah teknis dapat diselesaikan tepat waktu, Samsung tetap optimistis dengan prospek chipset buatannya sendiri.
Skenario Merger: Antara LSI, Foundry, dan MX
Awalnya, rumor mengarah pada merger antara divisi LSI dan MX (Mobile eXperience), namun kini fokus bergeser ke penggabungan LSI dan Foundry. Menurut laporan media Korea, terdapat tiga skenario utama yang dibahas dalam pertemuan internal:
-
Merger LSI ke dalam MX
-
Merger LSI ke dalam Foundry
-
Restrukturisasi besar-besaran divisi LSI
Sumber internal menyebutkan bahwa merger LSI ke dalam Foundry menjadi opsi paling disukai, meskipun belum ada keputusan resmi dari manajemen.
Latar Belakang: LSI dan Foundry Pernah Dipisah Sebelumnya
Perlu diketahui, LSI dan Foundry dulunya berada di bawah satu atap, yakni divisi Device Solutions (DS) milik Samsung. Namun, pada tahun 2017, keduanya dipisahkan untuk menghindari konflik kepentingan antara Samsung sebagai produsen chip dan klien Foundry seperti Qualcomm dan Nvidia.
Dengan pemisahan itu, Samsung berupaya menjaga kepercayaan mitra eksternal, agar tidak merasa bersaing langsung dengan lini chipset internal seperti Exynos. Kini, tantangan efisiensi produksi mendorong Samsung untuk meninjau kembali keputusan tersebut.
“Baca Juga: Marshall Kilburn III Rilis, Baterai Awet dan Tahan Air”
Strategi Jangka Panjang untuk Bersaing di Industri Global
Penggabungan LSI dan Foundry dinilai sebagai langkah strategis jangka panjang untuk memperkuat posisi Samsung dalam industri semikonduktor global. Dengan menggabungkan desain dan manufaktur, berharap dapat meningkatkan efisiensi, menurunkan biaya, dan mempercepat proses pengembangan chip.
Langkah ini juga menunjukkan tekad Samsung untuk mengejar dominasi TSMC di industri foundry. Serta menyeimbangkan kembali struktur internal perusahaan agar lebih tangguh menghadapi tantangan teknologi ke depan.